Designing The Future: Menjadi Desainer Grafis yang Adaptif di Era AI

Designing The Future: Menjadi Desainer Grafis yang Adaptif di Era AI

Ketika AI semakin canggih dan otomatisasi mulai memasuki berbagai bidang termasuk dunia desain grafis, muncul satu pertanyaan : Apakah peran desain grafis akan tergantikan oleh AI?

Meetup Remote Worker Pontianak kali ini, mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan berdiskusi bersama para desainer inspiratif dengan tema Designing The Future: Menjadi Desainer Grafis yang Adaptif di Era AI untuk mendiskusikan bagaimana kita bisa tetap relevan dan berkembang di era otomatisasi ini.

Adaptif: Kunci Bertahan di Era AI

Adaptif menjadi sifat yang sangat krusial di era AI. Saat ini, hampir semua bidang termasuk desain sudah mulai mengintegrasikan teknologi berbasis AI untuk meningkatkan efisiensi dan hasil kerja. Tapi apakah ini berarti profesi desainer akan hilang? Tidak sesederhana itu.

Pembicara 1: Candra - Freepik Contributor

Candra, seorang kontributor di Freepik, membagikan kisah perjalanan kariernya yang penuh tantangan. Ia menghadapi banyak penolakan di awal kariernya, namun terus berjuang hingga akhirnya bisa berkontribusi secara profesional.

Menurutnya, tantangan menjadi desainer saat ini antara lain:

  1. Komisi yang rendah (ini ketika masih memulai awal karier)
  2. Tuntutan kreativitas yang harus tetap komersial
  3. Konsistensi dalam berkaraya
  4. Risiko karya dicuri
  5. Update terhadap trend saat ini
  6. Regulasi agency yang terkadang berubah secara sepihak dan ini bisa merugikan desainer

Namun, bagaimana dengan masa depan profesi ini? Apakah profesi ini akan tergantikan oleh AI?

Menurut saya, profesi desainer tidak akan tergantikan. Karya manusia memiliki style, karakter, dan keunikan yang tidak bisa sepenuhnya direplikasi oleh AI. Dari desainnya saja, kita bisa tahu siapa pembuatnya

Candra juga menekankan tiga aspek penting yang perlu dimiliki oleh desainer masa kini:

  1. Precision
  2. Flexibility
  3. Unique Vision

Lalu bagaimana keterkaitan antara Desainer grafis dan Artificial Intelligence?

Berdasarkan jurnal yang ia baca, 61% desainer telah menggunakan AI tools dalam workflow mereka, dari generate visual hingga refining layout. AI bisa membantu menyesuaikan tugas-tugas manual yang memakan waktu, sehingga proses kreatif bisa lebih fokus pada kualitas dan ide

Yang menarik adalah Candra juga membuat sebuah case study bagaimana dia memanfaatkan AI ketika membuat desain. Mulai dari tahap ide yang menggunakan AI dan menghasilkan desain dasar, lalu meminta AI untuk memperbaiki lagi agar desain tersebut lebih nyata dan kreatif dan terakhir, finishing dengan menggunakan Photoshop.

Hal ini menunjukkan bahwa Desain grafis dan AI harus bekerja sama dan AI ini memang sangat powerful namun masih membutuhkan sentuhan manusia.

Pembicara 2: Reza Alfajriansyah- Graphic Designer Telkomsel

Reza, seorang Digital imaging artist dan Desainer grafis di Telkomsel, berbagi cerita perjalanan kariernya yang dimulai dari pandemi tahun 2020. Dengan belajar otodidak, ia terus mengasah skill lewat lomba dan komunitas.

Kini, ia bersertifikasi Adobe Certified Professional, serta pernah menjadi bagian dari program pengembangan talenta digital IndonesiaNEXT.

Menurut Reza, networking sangat penting. Aktif di komunitas, ikut lomba, serta membangun portofolio adalah kunci kariernya berkembang. Dari sekedar hobi desain, kini menjadi value dan menghasilkan cuan.

Ia juga membandingkan alur kerja nya sebelum dan setelah menggunakan AI. Adapun workflow yang ia gunakan sebelum adanya AI adalah berikut:

  1. Ide/Sketsa
  2. Stock Photo Hunting
  3. Photo Manipulation (Photoshop)
  4. Grading + Retouch
  5. Finishing

Sedangkan ketika sudah ada AI, workflow Reza berubah menjadi:

  1. Konsep (Untuk konsep dicari melalui ChatGPT/Manual Thinking)
  2. Prompting Awal (AI visual)
  3. Hunting Stock Photo atau Generate Image from AI
  4. Manipulasi lanjutan dan Layering di Photoshop
  5. Final touch seperti lighting, texture dan detail

Dari sini dapat kita pahami bahwa bagaimana pemanfaatan AI bisa membantu menyederhanakan tiap proses nya. Dibalik semua kemudah yang diberikan dengan adanya AI, tentunya ada Tantangan dan peluang:

Tantangan:

Karya yang generatif ini menjadi overload sehingga sebagia seorang desain grafis, kita harus punya nilai yang unik atau signature.

Peluang:

Tools jadi semakin banyak, Klien makin suka efisien dan bisa bikin style sendiri

Setiap kreasi harus memiliki nilai uniknya sendiri. Untuk pemula, Reza juga membagikan beberapa tips bagi desainer pemula, diantaranya:

  1. Asah terus taste design dan kepekaan terhadap visual
  2. Jangan takut coba AI
  3. Portofolio itu adalah Investasi masa depan
  4. Ikut komunitas dan lomba
  5. Upload, upload, upload!

Poin terakhir ini sangat penting karena bagaimana orang lain tau potensi yang kita miliki jika kita tidak pernah memberitahukan atau upload karya tersebut?

Terakhir, Ia menutup sesi dengan kutipan:

“Lebih baik imperfect tapi konsisten daripada perfect tapi nggak muncul-muncul” “Masa depan desain bukan di tangan AI, tapi di tangan kita yang tahu cara pakai AI!”

Yuk, Tumbuh Bareng Komunitas!

Di era digital ini, kita tetap butuh ruang untuk belajar bersama, bertukar cerita, dan saling mendukung.

Komunitas Remote Worker Pontianak, terbuka untuk siapa pun yang ingin belajar, berbagi, dan berkembang di dunia kerja remote atau hal lain seputar karier masa depan!

Jangan lewatkan kegiatan seru dan penuh insight dari Remote Worker Pontianak selanjutnya ya!

🖊️ Ditulis oleh Yanti Novita | July 2025