AI Bukan Sainganmu - Remote Worker Meetup Vol 1.2

AI Bukan Sainganmu - Remote Worker Meetup Vol 1.2

AI Bukan Sainganmu. Tapi Bisa Jadi Asistenmu (Kalau Kamu Mau Ambil Peluangnya Sekarang!)

“Tunggu saja sampai layoff itu terjadi atau manfaatkan peluang ini sebelum semuanya berubah.” - Noverando Verdo, Pemateri di Remote Worker Pontianak: Artificial intelligence 101 from Hype to Reality

Kehadiran AI Akan Menggantikan Kita Semua.

Banyak orang mulai merasa cemas akan kehadiran AI “kalau AI bisa menulis, mendesain hingga menyusun strategi, lalu apa peran manusia ?” Pertanyan-pertanyan seperti ini lahir bukan hanya dari ketakutan, melainkan belum sepenuhnya memahmai agaimana sebenarnya AI bekerja dan peranja di dunia kerja saat ini.

Saat yang tepat untuk Memanfaatkan AI.

Acara Artificial Intelligence 101 – From Hype to Reality, yang diselenggarakan oleh komunitas Remote Worker Pontianak bersama Noverando Verdo dan Hadi Fahriza, sebagai pemateri menyampaikan satu pesan penting:

Artificial Intelligence (AI) bukan hadir untuk menggantikan manusia, melainkan mendampingi sebagai asisten yang dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas kerja.

Meskipun sebagian besar orang baru mengenal AI melalui kemunculan ChatGPT, faktanya teknologi ini telah ada sejak tahun 2012. Di tahun 2016, perhatian dunia terhadap AI meningkat drastis saat AlphaGo, sebuah sistem AI, berhasil mengalahkan pemain manusia dalam permainan strategi kompleks Go.

Dahulu, hanya kelompok kecil yang mampu mengakses dan memanfaatkan AI. Namun kini, dengan perkembangan teknologi, setiap individu dari berbagai latar belakang memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakannya. Dan yang paling penting adalah belum terlambat baik untuk mulai belajar, maupun mulai menerapkan AI dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan kerja.

AI Itu Co-Pilot, Bukan Pilot

Salah satu hal paling penting yang perlu dipahami saat berbicara tentang Artificial Intelligence (AI) adalah bahwa AI bukanlah pilot utama dalam pekerjaan, melainkan co-pilot.Layaknya asisten pribadi, AI membutuhkan arahan yang jelas. Kendali tetap berada di tangan manusia, dan tanggung jawab akhir tetap menjadi milik kita sebagai pengguna. Dengan pendekatan yang tepat, AI justru mampu mempercepat proses kerja dan mengurangi beban operasional. Namun, semua itu bergantung pada sejauh mana kita memahami cara mengoptimalkannya.

Tips dari Noverando Verdo:

  1. Meninjau ulang workflow. Dengan mengidentifikasi bagian mana yang paling memakan waktu, melelahkan atau bersifat repetitif.
  2. Mulai dari permasalahan. Fokus pada tantangan spesifik dalam alur kerja, lalu carilah tools AI yang relevan untuk membantu menyelesaikannya.
  3. Gunakan dua pendekatan strategis: Push Method: Eksplorasi berbagai tools AI yang tersedia, kemudian tentukan mana yang paling cocok. Pull Method: Pahami permasalahan utama terlebih dahulu, lalu cari tools yang dirancang khusus untuk mengatasinya.

Contoh pendekatan praktis:

"Tolong wawancarai saya untuk memahami alur kerja saya. Setelah itu, bantu rekomendasikan tools AI yang relevan dan dapat membantu proses kerja saya lebih efisien."

Tips dari Hadi Fahriza:

Pemanfaatan AI akan jauh lebih maksimal bila disertai dengan pemahaman dasar teknik prompting—yaitu cara memberikan instruksi kepada AI dengan tepat.

Prinsip dasar dalam prompting:

  • Gunakan bahasa yang spesifik dan jelas
  • Berikan konteks yang cukup
  • Tentukan format output yang diharapkan
  • Batasi ruang lingkup jawaban agar lebih terarah

Teknik prompting lanjutan yang disarankan:

  • Few-shot prompting – memberikan beberapa contoh agar AI memahami pola
  • Chain of thought – meminta AI menjelaskan proses berpikir secara bertahap
  • Self-refine – mempersilakan AI untuk mengevaluasi dan memperbaiki jawabannya
  • Maieutic prompting – mendorong AI untuk mengkaji ulang argumennya sendiri

Dengan kemampuan prompting yang baik, AI dapat menjadi mitra kerja yang efektif, adaptif, dan mendukung produktivitas secara signifikan, bukan sekedar alat bantu melainkan bagian dari strategi kerja yang cerdas.

Rangkuman Sesi Tanya Jawab: Keresahan yang Relevan, Jawaban yang Mencerahkan

Sesi tanya jawab dalam acara ini menunjukkan bahwa banyak peserta memiliki antusias maupun keresahan yang serupa: takut tergantikan oleh AI, bingung memilih tools, hingga mempertanyakan etika penggunaannya. Namun, melalui diskusi yang terbuka, peserta diajak memahami bahwa:

  • AI bukan pengganti,melainkan menjadi alat bantu. Kendali dan tanggung jawab tetap berada di tangan manusia.
  • Pemanfaatan AI harus berbasis konteks. Tools akan bekerja maksimal jika kita tahu masalahnya terlebih dahulu dan tahu cara memberi arahan (prompting).
  • Privasi tetap bisa dijaga. Asal memahami batasan data yang diberikan ke AI.
  • Etika tetap penting. AI hanyalah alat. Nilai, dampak, dan arah penggunaannya tetap ditentukan oleh manusia.
  • Adaptasi lebih penting daripada kompetisi. Mereka yang bisa berkolaborasi dengan AI akan lebih unggul daripada mereka yang menolaknya.

AI Bukan Akhir Peran Manusia, Tapi Awal Era Kerja yang Lebih Cerdas

Acara ini menjadi pengingat bahwa kita sedang berada di masa transisi penting dalam dunia kerja. Alih-alih dilihat sebagai ancaman, Artificial Intelligence seharusnya dipandang sebagai peluang—peluang untuk bekerja lebih cerdas, bukan lebih keras. AI tidak hadir untuk mengambil alih peran manusia, tetapi untuk bekerja berdampingan.

Terhubung dan Berkolaborasi Bersama Remote Worker Pontianak

Acara Artificial Intelligence 101 – From Hype to Reality ini diselenggarakan oleh Remote Worker Pontianak, komunitas yang menjadi ruang tumbuh bagi anak muda Pontianak dalam menghadapi dunia kerja digital. Menariknya, para pemateri dalam acara ini juga merupakan bagian dari komunitas ini.

Jika kamu sedang mencari wadah untuk belajar, bertukar pikiran serta ruang kolaborasi maka Remote Worker Pontianak adalah tempat yang tepat untuk menjadi pilihan.

Ikuti Instagram kami di @remoteworkerpnk untuk mendapatkan informasi terbaru seputar event, kelas, dan kegiatan komunitas lainnya.

Remote Worker Pontianak — Connect, Collaborate, and Grow Together.

Author: Nida Srirapika